Ilustrasi |
Novel : Penari Salju
Matahari belum mencapai puncaknya.
Tampak beberapa kaum muda sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.
Usia Ujung1)
Tobat baru satu bulan. Ujung ini awalnya adalah sebuah ujung yang tidak
berpenghuni, sebuah ujung mati. Kemudian ujung ini ditempati dan dibangun oleh
sekelompok orang yang dipimpin oleh seorang yang bernama Srikandar.
Setelah sejauh 500 meter, Jenggot
Perak dan Badas memasuki halaman rumah besar. Di halaman, tepat di depan tangga
teras rumah panggung kayu telah berkumpul puluhan lelaki yang rata-rata usianya
di atas 40 tahun. Rata-rata mereka membawa golok dan pedang. Tampak semuanya
menunggu seseorang yang akan muncul dari dalam rumah.
Jenggot Perak dan Badas berhenti
di depan mereka yang sudah hadir. Keduanya pun menatap ke atas, menunggu.
Di belakang Srikandar berjalan
seorang perempuan bercadar kuning. Ia isteri Srikandar, bernama Kayla.
“Assalamu ‘alaikum warahmatullahi
wabarakatuhu!” salam Srikandar dari atas tangga.
Semuanya pun menjawab.
“Hari inilah saudara-saudaraku!”
seru Srikandar berwibawa. “Sekian hari keraguan menggelayuti hati-hati kita,
akhirnya Allah memberikan kepastian, memberikan jawaban atas pertanyaan kita
semua!”
Puluhan lelaki yang berdiri di
depan rumah semuanya hening mendengarkan dengan wajah antusias. Tak ada yang
bersuara.
“Tiga hari yang lalu, aku hadir
dalam majelis Syeikh Zainal Ali. Ia menyampaikan beberapa ayat dan hadits. Ada
satu hadits yang sangat kusukai hingga kuminta tulisannya lalu ku hapal dalam
perjalanan pulang. Hadits itu berasal dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu
‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
Wahai anak Adam, selama engkau
berdoa dan berharap kepada Kami, Aku ampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli,
wahai anak Adam, walaupun dosamu seluas langit, lalu engkau meminta ampun
kepada-Ku, pasti Aku ampuni. Wahai anak
Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi
lalu engkau menjumpai-Ku tanpa menyekutukan-Ku, maka Aku akan mendatangimu
dengan ampunan seluas itu pula. (HR. At-Tirmidzi).
Maka itu, wahai saudara-saudaraku,
mulai hari ini, tidak ada kata lain selain perbaikan dan penyesalan. Berawal
dari ujung yang sekecil ini, kita akan berjuang menata masa depan...”
Srikandar menghentikan ceramanya,
ia memandang kepada kedatangan seorang pemuda yang menunggang kuda. Semua yang
serius mendengarkan Srikandar jadi ikut berpaling melihat siapa yang datang.
Penunggang itu memacu kencang lari kudanya dan berhenti tepat di depan rumah.
Mereka kenal dengan pemuda berpakaian hitam itu, anak buah Srikandar yang
berjaga di luar batas ujung.
“Satu pasukan besar berbaju besi
hitam menuju ke mari, Ketua!” lapor si penunggang kuda.
“Itu Pasukan Algojo Hitam!” terka
Jenggot Perak.
Perkataan Jenggot Perak langsung
menimbulkan ketegangan di wajah-wajah mereka.
“Bukan!” sanggah Srikandar. “Aku
sudah melihat mereka dalam perjalanan pulang kemarin. Mereka adalah Pasukan
Zabaniyah pimpinan Jenderal Dara!”
Maka tampak gejolak kegelisahan
dari pengikut Srikandar. Ada kepanikan yang tercipta. Sebagian dari mereka
memegang kepala senjata di pinggangnya. Sepengetahuan mereka, Pasukan Zabaniyah
adalah pasukan eksekusi yang tidak kenal ampun. Jenderal Dara adalah satu
pimpinan Pasukan Zabaniyah yang menjadi momok bagi setiap orang. Bahkan orang
tidak bersalah pun menakuti namanya.
“Segera tinggalkan ujung ini!”
perintah Srikandar.
(Bersambung....)
1)
Ujung = kumpulan masyarakat
terkecil dalam sebuah kawasan luas.