Minggu, 03 Maret 2013

MENGAIS BARA SI ANAK SALJU (MENIUP BARA DI UJUNG TOBAT) Bag. 2

Ilustrasi


Novel : Penari Salju

Matahari belum mencapai puncaknya. Tampak beberapa kaum muda sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Usia Ujung1) Tobat baru satu bulan. Ujung ini awalnya adalah sebuah ujung yang tidak berpenghuni, sebuah ujung mati. Kemudian ujung ini ditempati dan dibangun oleh sekelompok orang yang dipimpin oleh seorang yang bernama Srikandar.

Setelah sejauh 500 meter, Jenggot Perak dan Badas memasuki halaman rumah besar. Di halaman, tepat di depan tangga teras rumah panggung kayu telah berkumpul puluhan lelaki yang rata-rata usianya di atas 40 tahun. Rata-rata mereka membawa golok dan pedang. Tampak semuanya menunggu seseorang yang akan muncul dari dalam rumah.

Jenggot Perak dan Badas berhenti di depan mereka yang sudah hadir. Keduanya pun menatap ke atas, menunggu.

Dan akhirnya, muncullah seorang lelaki gagah dari dalam rumah. Lelaki berusia 45 tahun bertubuh kekar. Ia mengenakan jubah putih besar yang dibalut sabuk kuning. Rambut dua warnanya tersisir rapi. Jenggot hitamnya tumbuh lebat tapi pendek. Sorot matanya penuh wibawa di bawah naungan alis tebal. Di tangan kanannya tergandeng tangan bocah perempuan berjilbab biru. Dialah yang bernama Srikandar. Bocah perempuan bersamanya adalah Tsalji, puterinya.

Di belakang Srikandar berjalan seorang perempuan bercadar kuning. Ia isteri Srikandar, bernama Kayla.

“Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuhu!” salam Srikandar dari atas tangga.
Semuanya pun menjawab.

 “Hari inilah saudara-saudaraku!” seru Srikandar berwibawa. “Sekian hari keraguan menggelayuti hati-hati kita, akhirnya Allah memberikan kepastian, memberikan jawaban atas pertanyaan kita semua!”
Puluhan lelaki yang berdiri di depan rumah semuanya hening mendengarkan dengan wajah antusias. Tak ada yang bersuara.

“Tiga hari yang lalu, aku hadir dalam majelis Syeikh Zainal Ali. Ia menyampaikan beberapa ayat dan hadits. Ada satu hadits yang sangat kusukai hingga kuminta tulisannya lalu ku hapal dalam perjalanan pulang. Hadits itu berasal dari sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada Kami, Aku ampuni dosa-dosamu dan Aku tidak peduli, wahai anak Adam, walaupun dosamu seluas langit, lalu engkau meminta ampun kepada-Ku, pasti  Aku ampuni. Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan seluas bumi lalu engkau menjumpai-Ku tanpa menyekutukan-Ku, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan seluas itu pula. (HR. At-Tirmidzi).

Maka itu, wahai saudara-saudaraku, mulai hari ini, tidak ada kata lain selain perbaikan dan penyesalan. Berawal dari ujung yang sekecil ini, kita akan berjuang menata masa depan...”

Srikandar menghentikan ceramanya, ia memandang kepada kedatangan seorang pemuda yang menunggang kuda. Semua yang serius mendengarkan Srikandar jadi ikut berpaling melihat siapa yang datang. Penunggang itu memacu kencang lari kudanya dan berhenti tepat di depan rumah. Mereka kenal dengan pemuda berpakaian hitam itu, anak buah Srikandar yang berjaga di luar batas ujung.

“Satu pasukan besar berbaju besi hitam menuju ke mari, Ketua!” lapor si penunggang kuda.

“Itu Pasukan Algojo Hitam!” terka Jenggot Perak.

Perkataan Jenggot Perak langsung menimbulkan ketegangan di wajah-wajah mereka.

“Bukan!” sanggah Srikandar. “Aku sudah melihat mereka dalam perjalanan pulang kemarin. Mereka adalah Pasukan Zabaniyah pimpinan Jenderal Dara!”

Maka tampak gejolak kegelisahan dari pengikut Srikandar. Ada kepanikan yang tercipta. Sebagian dari mereka memegang kepala senjata di pinggangnya. Sepengetahuan mereka, Pasukan Zabaniyah adalah pasukan eksekusi yang tidak kenal ampun. Jenderal Dara adalah satu pimpinan Pasukan Zabaniyah yang menjadi momok bagi setiap orang. Bahkan orang tidak bersalah pun menakuti namanya.

“Segera tinggalkan ujung ini!” perintah Srikandar.

(Bersambung....)


1)      Ujung = kumpulan masyarakat terkecil dalam sebuah kawasan luas.